08 Februari 2013. Ceritanya beberapa anak OMDA Cianjur a.k.a HIMAT IPB yaitu Asya, Anis, Isma, Mutiara, Mustika, dan Eko berangkat ke tempat rantauan bersama-sama (red: kampus tercinta, Institut Pertanian Bogor). Kita berenam mengendarai angkutan umum yaitu L300 atau lebih dikenal dengan mobil kol, bukan angkutan yang buat ngangkut sayuran kol ya. Pukul 07.30 kita berangkat. Awal perjalanan seperti biasa, kami bercengkrama membahas ini dan itu mulai dari CGUD, KRS, SC, dan gosip terhangat saat ini. Ditengah perjalanan dan akhirnya sudah mulai bosan dengan apa yang dibahas, satu per satu dari kami mulai tertidur sambil memeluk tas yang kami bawa masing-masing. Selanjutnya terjadi suatu peristiwa yang menyebabkan Asya membuat postingan ini. Pelan-pelan ya. Biasanya kalo naik angkutan umum pasti bareng dengan penumpang lainnya, iyalah. Nah, Asya gak ngeh kapan Bapak itu masuk. Ditengah ketiduran ini, Asya mulai ngeh rasanya ada yang menyebut-nyebut nama Institut Pertanian Bogor dan bahkan menjelek-jelekannya. KAGET? IYA! Gimana enggak, baru bangun dari tidur yang enak lalu tiba-tiba dikagetkan dengan kata-kata yang menjelek-jelekan almamater. Asya mulai menurunkan volume lagu dan mencoba mendengarkan dengan sebaik-baiknya. Kurang lebih seperti ini:
"IPB itu kampus --- (bagian ini lupa). Lulusannya banyak yang menjadi pengangguran. Lulusannya gak mau turun ke lapangan. Lulusannya suka ingin enak kerja di kantoran. Lebih baik gak perlu ada Insinyur! Ada insinyur malah buat penurunan saja dalam bidang pertanian. Buktinya tidak ada kemajuan dalam hal pertanian, (intinya gak ada inovasi yang berarti). Dulu sayuran (entah ubi atau talas, Asya lupa bagian ini) beratnya bisa sampai 15 kg. Sekarang, dengan adanya Insinyur beratnya cuma 2 kg. Tahun 2020 nanti pasti tahunnya kelaparan karena lahan pertanian yang ada dipakai untuk hal lainnya seperti pembangunan perumahan, perkantoran, dan lain-lain......"
Pertama kali mendengar kalimat-kalimat itu langsung PANAS BANGET! Panas telinga, hati, dan kepala! Oke, kita coba luruskan satu-satu ya!
Lulusannya banyak pengangguran? Asya belum lihat hasil surveynya bagaimana. Sepengetahuan Asya, IPB mendidik mahasiswanya menjadi wirausahawan! Mungkin memang hanya beberapa lulusan yang nurut dan membuka lapangan pekerjaan bagi orang banyak. Selain itu, lulusan IPB juga biasanya cepat mendapatkan pekerjaan, entah di perusahaan-perusahaan yang memang konsen sesuai jurusan yang ditempuhnya selama kuliah atau di bank. Pengangguran? Mungkin beberapa. Tapi mari kita buktikan sebagai mahasiswa yang konsen pada pertanian dan kewirausahaan, kita dapat menggabungkan dan mewujudkannya suatu saat nanti.
Tentang lulusannya gak mau turun ke lapangan. Nah, ini ada benarnya juga sih sebenarnya. Sepengetahuan Asya, rata-rata anak IPB gak mau turun ke lapangan. Bukan gak mau juga sih ya tapi memang strata satu dicetaknya seperti itu dan bukan dicetak sebagai teknisi seperti halnya diploma. Pasti turun ke lapangan dan memang seharusnya untuk ngecek tapi ga selamanya di lapangan. Tapi dengan praktikum-praktikum yang kita lakukan selama ini yang lumayan menghabiskan waktu kan sayang banget kalo dibuang begitu saja ilmunya dan diganti dengan cuma duduk manis di kantor?!
Tentang inovasi dan penurunan dalam bidang pertanian yang dikatakan Bapak itu adalah salah besar. IPB telah melakukan berbagai macam inovasi dalam bidang pertanian. Salah satu contohnya adalah cabe yang 700 kali lipat lebih pedas. Untuk industri besar dalam pembuatan saos atau sambal, hal ini justru akan menghemat pengeluaran, apalagi industri kecil atau hanya sebatas konsumsi pribadi. Beras analog yang dicanangkan dapat mengganti beras yang berasal dari padi. Dan masih banyak inovasi lainnya. Namun, memang ada satu titik yang masih menjadi kelemahan IPB yaitu promosi produk yang masih belum diketahui oleh pemerintah dan seluruh masyarakat Indonesia.
Tentang kelaparan yang akan melanda Indonesia tahun 2020 nanti. Ini mungkin terjadi tapi entahlah hanya DIA yang tahu segala sesuatunya. Tapi, kita sebagai mahasiswa generasi penerus bangsa, sebaiknya, mulai saat ini kita coba mencegahnya. Mulai dari hal kecil seperti tidak membuang sampah sembarangan, tetap belajar dan mengaplikasikan apa yang telah kita pelajari lalu mencintai lingkungan dengan banyak cara lainnya.
Yuk kita buktikan kalo perkataan Bapak itu salah besar! Dan untuk teman-teman yang memang tidak konsen bergerak dalam bidang pertanian tidak ada salahnya juga untuk mencoba mencintai lingkungan. Karena tugas kitalah, sebagai khalifah untuk mejaga kelestarian dan kelangsungan hidup segala isinya di bumi ini :)
Buktikan bahwa kita mahasiswa era 90 sebgai pembaharu bangsa..
ReplyDeleteBetul banget! Ayo, semangat membangun negeri yang lebih baik! :D
Delete