December 12, 2016

Berdamai dengan Rencana-NYA

Cita-cita Asya yaitu menjadi dosen dan mengaplikasikan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Berdasarkan UU No 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, Asya harus memiliki kualifikasi akademik minimum lulusan program magister untuk program diploma/sarjana, dan bahkan lulusan program doktor untuk program pascasarjana.

Mimpi untuk study abroad dimulai ketika Asya masuk ke Institut Pertanian Bogor (IPB). Asya bercita-cita ingin melanjutkan studi di University of Tokyo (Todai). Namun, semua mulai berubah ketika negara api menyerang #loh. Sensei yang menjadi target pindah dari Todai ke Tohokudai (Tohoku University), karena di Jepang terdapat sistem pertukaran dosen antar universitas. Kesempatan exchange ke Tohokudai pada Oktober 2015 pun mulai mengubah haluan Asya untuk melanjutkan studi di kampus ini. Dengan berbagai pertimbangan, yaitu pengalaman exchange, networking yang telah dijalin, preferensi mamah dan jawaban istikharah yang dilakukan beberapa kali akhirnya Asya pun mengubah rencana Asya menjadi ke Tohokudai.

Perjalanan merealisasikan mimpi baru saja dimulai. Asya harus mendapatkan beasiswa! Keluarga Asya bukan miliarder yang mampu menyekolahkan Asya keluar negeri. Pun, rasanya sudah cukup untuk mereka membiayai Asya sampai program sarjana. Berbagai rencana telah dibuat sebelum kelulusan supaya ketika lulus S1 bisa langsung S2. Namun, rencana hanya menjadi rencana. Setelah lulus, Asya masih berkutat dengan persyaratan bahasa Inggris.

Di bulan April 2016, Asya nekat coba beasiswa MEXT (G to G). Kenapa nekat? Sertifikat bahasa yang Asya punya belum memenuhi persyaratan minimum. Namun yang namanya rezeki yah siapa tau kan? Asya pun coba apply dan bahkan berangkat ke Kedutaan Besar Jepang di Jakarta untuk mengirimkan berkasnya secara langsung. Satu bulan kemudian pengumumannya keluar dan tidak terdapat nomor pendaftaran Asya.

Banting setir ke Kampung Inggris, menangguhkan waktu wisuda S1, meninggalkan semua hal di Bogor untuk belajar memenuhi persyaratan bahasa inggris lebih intense supaya segera mendapatkan beasiswa dan lanjut sekolah. Berkutat selama satu bulan di Kampung Inggris, Pare membuahkan hasil yang cukup signifikan bagi Asya. Asya pun nekat apply beasiswa LPDP di Batch 3. Saat itu hectic dan cukup disibukkan dengan tiga laporan projek penelitian dosen juga internship di DRFP LPDP. Internship? Iya semacam kerja kontrak. Tapi jangan salah! Itu tidak berdampak apapun terhadap hasil seleksi beasiswa Asya. Bahkan, pegawai tetap disana tidak diperbolehkan apply beasiswa LPDP karena khawatir akan berbenturan kepentingan (Update 14 Desember 2016 - Kata seseorang #tsah: "Sudah ada peraturan baru bahwa pegawai LPDP boleh apply beasiswa LPDP namun sebelumnya harus memenuhi persyaratan internal LPDP nya dulu." Alhamdulillah yah tapi harus semangat banget! >.<). Namun, untuk Asya sebagai anak magang tidak berlaku peraturan tersebut. Seringkali, Asya sembunyi-sembunyi dan bahkan gak berani tanya atau kepo tentang beasiswa sama staf bagian beasiswa yang mejanya berhadapan dengan Asya. Khawatir di blacklist di beasiswanya hhee. Kalo misalkan itu terjadi, Asya akan memilih beasiswa dan mengundurkan diri dari pekerjaan tersebut karena target Asya adalah lanjut S2. Tapi setelah PIC, Kepala Divisi dan Direkturnya Asya tahu, mereka support Asya untuk melanjutkannya, alhamdulillah.

Apply beasiswa LPDP di Kantor LPDP ketika Batch 3 
Apakah di CV dilampirkan kalo Asya juga internship di LPDP? Iya. Supaya tambah nilai untuk pengalaman kerjanya. Namun, internship di LPDP tidak ditanyakan ketika Asya interview. Interview hanya berkisar seputar penelitian, hak kekayaan intelektual (HKI), alasan melanjutkan studi di kampus tersebut dan mengapa harus Jepang serta beberapa pertanyaan psikologi yang cukup menguras pikiran, seperti the worst condition, hal-hal yang diluar ekspektasi dan berakibat pada diubahnya rencana hidup, dan lainnya (harus throwback banget). Dua minggu berlalu dan pengumuman seleksi substansi jatuh pada hari Jumat, 09 September 2016. Harapan mendapatkan beasiswa LPDP saat itu sangat tinggi sekali. Salah satu alasan Asya menunda wisuda IPB (yang awalnya di bulan Mei dan jadinya bulan September) yaitu ingin mendapatkan beasiswa LPDP terlebih dahulu, pun berbagai mimpi lainnya yang menanti pasca pengumuman LPDP menunggu untuk direalisasikan. Serta kebahagiaan orang-orang tercinta yang Asya nantikan ketika mendengar kabar baik tersebut.

Pengumuman seleksi substansi keluar ketika Asya sedang konsinyasi di Mercure Hotels. Saat itu Asya menjadi event organizer di Rapat Koordinasi dan Konsultasi Riset Pembangunan Indonesia yang diselenggarakan oleh DRFP LPDP. Dag-dig-dug nunggu hasilnya. Setelah cek aplikasi telegram dan mulai ramai dengan chat bahwa hasil seleksi substansi sudah keluar. Saat itu juga Asya memberanikan diri untuk membuka akun Asya. Hasilnya? "MAAF ANDA TIDAK LULUS SELEKSI WAWANCARA". Sedih? Iya! Awkward sebenarnya HAHAHAAA karena lihat hasil ketidaklulusan beasiswa LPDP ditengah-tengah kegiatan konsinyasi. Pura-pura ke kamar mandi untuk cuci kornea mata. Beruntung ada Lyries saat itu dan mencoba mendamaikan kesedihan Asya. Terima kasih Lyries :" Pun dengan Mba Rahma, Mba Filda, dan Mba Ratih (Laskar DRFP) yang tetiba kasih semangat untuk Asya. That's really what I need


Ditengah kesedihan itu, Asya coba menanamkan nilai-nilai LPDP, yaitu: Integritas itu Utama, Profesionalisme itu Hebat, Sinergi itu Indah, Pelayanan itu Kewajiban, Kesempurnaan itu Tujuan. Yah, apapun hasil akhirnya beasiswa, pekerjaan harus dilanjutkan, profesional bro! Saat itu juga Asya langsung move-on, eh satu hari sih. Selanjutnya, Asya segera buat akun di layanan e-PPID dan mengajukan permohonan informasi terkait ketidaklulusan Asya pada seleksi substansi.


Rejection doesn't heart, expectation does.


Mungkin Asya terlalu banyak berharap di beasiswa ini. Kegagalan pada beasiswa ini membuat orang-orang yang Asya sayangi kecewa. Sedih rasanya belum bisa membawa kabar bahagia ketika pulang Idul Adha ke rumah. Perih ketika membuat orang yang awalnya berjuang bersama akhirnya melangkah mundur. Kecewa ketika rencana hidup menjadi mundur, bahkan berantakan. Yah, terlalu banyak pengharapan atas beasiswa ini. Ketika kenyataan tidak sesuai dengan ekspektasi, efek sampingnya seperti separuh jiwa dicabut paksa, literally. Pun, sampai saat ini. Ingin rasanya kembali ke hari dimana seleksi substansi LPDP berlangsung, memperbaiki semuanya dan mengubah takdir. Namun, semua peristiwa yang terjadi pasti ada alasannya bukan? Allah punya rencana yang lebih baik untuk Asya. Allah ingin Asya berjuang lebih keras.

Evaluasi dari PPID menunjukkan kalo score Asya sangat kecil di LGD dan mendapatkan nilai yang cukup tinggi di EOTS dan interview. Padahal rasanya Asya cukup pede di LGD, dan sebaliknya kurang pede di EOTS dan interview. Unexpected! Dengan tekad ingin membuktikan bahwa Asya mampu, rencana intake April 2017 dan hadir di wisuda, berkas-berkas yang masih berlaku, kebermanfaatan yang lebih luas, serta semangat yang membara untuk merealisasikan mimpi-mimpi selanjutnya akhirnya Asya coba apply LPDP untuk 2nd attempt, kesempatan terakhir seumur hidup, di Batch 4 - Oktober 2016Awalnya ragu karena, katanya, kalo akhir tahun biasanya sisa-an dan sedikit yang diterima. Tapi namanya rezeki gak akan tertukar bukan? Oh ya, Asya sudah menyelesaikan internship di DRFP LPDP per tanggal 26 September 2016, dan selanjutnya menyibukkan diri menjadi asisten projek penelitian dosen. 

Dinyatakan lulus seleksi adminstrasi (lagi) dan bersiap untuk seleksi substansi. Di Batch 4 ini banyak yang Asya kenal, alhamdulillah. Kami pun berjuang bersama-sama. Asya mendapatkan kloter Jakarta 2 dengan jadwal seleksi LGD, EOTS, verifikasi berkas, dan interview dalam satu hari! Seleksi dilaksanakan di Kampus STAN, kampus yang dulunya merupakan cita-cita Asya. Asya pun bermalam di rumah Farah, terima kasih om, tante, dan Farah yang sudah mau menampung Asya :')

Seleksi beasiswa LPDP kali ini lebih tenang dari yang sebelumnya. Aneh, bahkan terlalu tenang. Mungkin karena sudah sampai titik pasrah. Pagi harinya Asya melakukan LGD dan EOTS bersama kelompok 12-A dan di sore harinya Asya melakukan interview. Sebelum interview bersama reviewer, Asya pun sempat melakukan latihan interview bareng Kak Hepi. Jadwal interview yang awalnya pukul 16.45 (seperti yang Asya dapatkan pada Batch 3) lebih cepat satu jam. Awalnya mau sholat Ashar dulu dan benah-benah diri supaya terlihat lebih fresh akhirnya tidak dilakukan karena nama Asya sudah dipanggil sebelum adzan ashar berkumandang. Menenangkan diri dan menguatkan hati, in syaa Allah, Asya bisa! Pertanyaan interview kurang lebih sama dari batch sebelumnya. Namun, mereka tidak menanyakan hal-hal terkait psikologi. Padahal Asya sudah menyiapkan jawaban mengenai The Worst Condition. Reviewer juga menanyakan tentang kecintaan Asya terhadap Jepang, karena (mungkin) mereka melihat Asya punya pengalaman tiga kali ke Jepang. Wawancara selesai dan Asya pun bersalaman dengan para reviewer dan keluar ruangan dengan perasaan tenang dan pasrah.

Bersama Kak Dea dan Kak Hepi pasca wawancara
Kelompok LGD 12-A, Jakarta II
Tiga minggu berlalu. Antara derap harap, diantara kemustahilan-kemustahilan, Allah menyimpan banyak kemungkinan. Asya pun masih berharap bisa lulus di 2nd attempt ini. Doa kali ini hanya fokus pada satu hal, yaitu beasiswa. Serta menguatkan dan melapangkan hati untuk menerima segala ketetapan-NYA. Jumat, 09 Desember 2016 adalah hari yang ditunggu. Bersyukurlah di bulan akhiran -ber ini hujan selalu turun. Awalnya ada kesedihan tersendiri ketika melihat hujan, namun Asya mencoba berdamai. Asya punya banyak kesempatan untuk berdoa pada waktu diijabahnya doa yaitu ketika turun hujan.

Beberapa puluh menit sebelum pengumuman keluar, Asya memberanikan diri untuk menjadikan Beasiswa LPDP sebagai salah satu dari #2016bestnine Asya. Rasa sesak yang masih tertinggal akibat "efek samping kegagalan" di 1st attempt masih ada ketika membuka akun LPDP. Dan kali ini, layar pun menujukkan: "SELAMAT ANDA TELAH LULUS SELEKSI WAWANCARA". Bagaimana perasaannya? Undefined. Entahlah, antara sangat bahagia, sedih, dan kaget menjadi satu. Tidak bisa didefinisikan. Namun, alhamdulillah akhirnya Asya bisa memberikan kabar bahagia untuk orang-orang yang Asya sayangi. Maaf terlambat :" Dan... kebijakan LPDP yang baru membuat Asya dag-dig-dug. Ah, Allah masih ingin Asya berjuang. Yosh, semangat! Mohon doanya untuk kelancaran setiap prosesnya juga bisa menyelesaikan studinya dengan baik. Aamiiin YRA :')

Alhamdulillah... mencoret salah satu mimpi
yaitu menjadi keluarga LPDP
Perjuangan dalam mendapatkan beasiswa ini memberikan pelajaran yang sangat berarti. Seperti halnya ketika di S1 dulu, Asya perlu ditolak lima kali beasiswa dulu untuk akhirnya mendapatkan beasiswa, cerita selengkapnya disini. Pun dengan beasiswa S2 ini, Asya harus pergi ke Kampung Inggris untuk belajar lebih intense dalam memenuhi persyaratan minimum beasiswa, menangguhkan waktu wisuda S1, meninggalkan berbagai kegiatan di Bogor, melapangkan hati ketika tidak sesuai ekspektasi, menguatkan hati ketika membuat orang-orang yang Asya sayangi kecewa, dan belajar berdamai dengan rencana-NYA.

"Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu. Allah yang paling mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui." (QS. Al-Baqarah: 216).

The best moments will come at the best time. Perhaps, now is the time.
Oh, Allah.Thank You for never giving up on me.

---o---

Postingan ini didedikasikan untuk:
- Papah, Mamah, Diva yang selalu support Asya in the best and the worst conditions;
- Dr. Mala Nurilmala, SPi. MSi., Prof. Dr. Ir. Joko Santoso, MSi., dan Ach. Firman Wahyudi, SE. MSi. yang memberikan motivasi dan rekomendasi untuk Asya;
- Deny, Ikrom, Kak Jamal dari Indonesia Mengglobal, Mozel Sylvia dari TEST-ENGLISH sebagai motivator, coach, dan editor esai;
Keluarga Besar Idi Aridi, Keluarga Besar Zainal Arifin, Ibu Sri Suwasti, Nabiela, Anggil yang menyemangati dan mendoakan;
- Farah dan Azah yang sama-sama berjuang untuk studi ke Jepang; "Just remembered all the reasons you held on for so long when you feel like giving up!" :')
- Laskar DRFP yang support Asya untuk tetap semangat berjuang;
- Yellow Camp Members (Manda, Hikmah, Rahayu, Ria, Ika, Ayu, Ama, Aci, dan Helda), Mozel Rhadiya, Mozel Sarah, TOEFL CAMP Members, Mozel dan Mizu di TEST-ENGLISH pada batch Mei 2016 yang berjuang bersama dalam meraih cita untuk study abroad juga mau menjawab pertanyaan-pertanyaan Asya seputar grammar dan lainnya;
- Dan lainnya yang belum disebutkan atau gak ketahuan sama Asya hhee maafkan :"
Terima kasih atas segalanya. Semoga Allah SWT membalas kebaikannya dengan berlipat ganda. Aamiiin YRA.

4 comments:

  1. Selamaat asya. Bagi-bagi pengalaman ya. Semoga bisa mengikuti jejak asya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih rizal! Iyaa in syaa Allah. Aamiiin YRA :)

      Delete
  2. Selamat kak asya, semoga semakin menginspirasi 😊

    ReplyDelete